refluks asam lambung berkepanjangan dapat memicu terjadinya komplikasi esofagus Barret
Jakarta, Journalarta.com – Sejumlah peneliti menemukan risiko penularan infeksi virus corona (Covid-19) yang berbeda pada orang dengan gangguan refluks asam lambung atau GERD. Penularan diduga dapat terjadi melalui apa pun yang ditelan dan memasuki kerongkongan.
Sebagaimana diketahui, refluks asam lambung berkepanjangan dapat memicu terjadinya komplikasi esofagus Barret. Komplikasi ini terjadi saat sel yang melapisi kerongkongan rusak karena asam lambung yang terus naik ke atas.
Orang yang mengalami esofagus Barret mengembangkan sel-sel usus di kerongkongan setelah refluks asam lambung berkepanjangan. Dalam sebuah uji laboratorium, para peneliti dari Washington University menemukan, sel-sel tersebut memiliki reseptor yang dapat mengikat virus SARS-CoV-2.
Pada masa awal pandemi, sejumlah ahli telah menjelaskan bahwa makanan tak dapat menjadi medium penularan Covid-19. Virus SARS-CoV-2 sendiri lebih berkaitan dengan reseptor ACE2 di saluran pernapasan, tapi tidak di saluran pencernaan.
Namun, apa yang ditemukan para peneliti tak berkata demikian. Para peneliti mempelajari pasien dengan kondisi esofagus Barret dan refluks asam lambung. Ditemukan bahwa sel-sel esofagus dapat mengikat virus corona penyebab Covid-19.
Refluks asam lambung dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada esofagus, termasuk modifikasi sel yang menyerupai sel usus. Sel-sel ini datang dengan reseptor ACE2, sehingga virus dapat terikat saat melintasi esofagus.
“Belum ada bukti bahwa orang dengan esofagus Barret dan refluks asam lambung memiliki risiko Covid-19 yang lebih tinggi. Pasalnya, hal itu belum pernah dipelajari,” ujar salah satu peneliti, Jason C Mills, dalam sebuah pernyataan, mengutip BGR.
Baca juga : 132.000 Lebih Tenaga Kesehatan Telah Divaksinasi Covid-19
“Sekarang kami telah mencoba menghubungkan titik-titik ini. Mungkin dari sini akan bermanfaat untuk melihat apakah orang dengan kondisi tersebut memiliki tingkat risiko infeksi yang tinggi atau tidak.”
Selain itu, orang dengan refluks asam lambung dan esofagus Barret kerap mengonsumsi obat penghambat pompa proton untuk menekan sekresi asam. Akibatnya, asam lambung pun berkurang.
Namun, lanjut Mills, hal tersebut bisa memicu efek samping lain. Salah satunya adalah dengan lebih banyak virus yang mungkin melewati perut dan mengikat reseptor di usus.
Hingga saat ini, diketahui sejumlah pasien Covid-19 mengalami gejala pencernaan seperti sakit perut dan diare. Namun, masih belum jelas apakah hal tersebut disebabkan oleh kondisi refluks asam lambung atau tidak.
Kendati demikian, Mills mengatakan bahwa hasil penelitian ini masih kurang untuk dijadikan bukti. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi temuan.
“Studi ini memberi tahu bahwa kita perlu melihat lebih dekat dan menyelidiki apakah sebagian besar populasi tertentu punya kerentanan khusus terhadap Covid-19.”
Sumber : CNN Indonesia
Baca juga : Walikota Tangsel Katakan Jumlah Penderita COVID-19 di Daerahnya Semakin Membeludak