Oleh : Irjen POL ( Purn ) DR . H .Anton Charliyan. MPKN
Jawa Barat, Journalarta.com – Berdasarkan hasil riset yang di laporkan Stara Institute pada bulan Febuari 2022 ini menyatakan bahwa Jawa Barat selama 2 Dasawarsa terakhir, selama 14 tahun sejak 2007 sampai dengan 2021 senantiasa menempati ranking teratas sebagai wilayah yang paling banyak pelanggaran dalam kondisi menjalankan Kebebasan Beragama ( KBB ) dengan catatan 40 kali di tahun 2021 di atas DKI Jakarta yang merupakan wilayah ter Intoleran di Indonesia.
Tiada kata yang paling tepat yang bisa saya katakan kecuali “Sangat menyedihkan dan memprihatinkan”.
Jawa Barat yang kita kenal sebagai kota Santri, kota Seribu Pesantren, wilayah yang sangat islami seharusnya merupakan wilayah yang paling aman bagi umat beragama lain sebagaimana teladan Rosulullah Saw ketika memimpin Madinah dengan piagam Madinahnya yang isinya antara lain ” Menyatakan perlindungan mutlak bagi umat-umat beragama lain baik Nasaroh, Yahudi, Budhis dan lain-lain yang berada di kota Madinah. Begitu juga ketika pertama kali menaklukan kota Makkah, banyak diantaranya yang akan membunuh dan menghukum umat-umat penghuni kota Makkah yang beragama lain, Tapi dengan tegas beliau mengatakan semua penghuni Makkah yang beragama lain di bawah perlindunganKu. Siapa yg berani mengganggunya akan berhadapan dengan Aku”.
Betapa sikap toleransi beragama ditunjukan dengan jelas dan tegas oleh Rosulullah junjungan kita nabi besar Muhammad Saw, baik ketika memimpin Madinah maupun ketika di Makkah.
Sebuah sikap saling menghormati sesama umat beragama tanpa harus melarang dan memaksakan aqidah kebebasan beragama antara yang satu dengan yang lainnya dengan mengedepankan konsep “Laqum Dinukum Waliyadin, Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku” karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Islam adalah ajaran yang rahmatan lil alamin, yang harus mampu memberi rahmat bagi siapapun di alam raya ini kepada suku apapun, kepada ajaran agama apapun juga tanpa terkecuali dengan mengedepankan sikap toleran dan melindungi umat-umat yang beragama lain.
Jangan malah menjadikan sebagai suatu ajaran yang menakutkan, menjadikan tidak aman dan meresahkan bagi umat lainya, sehingga jika disatu tempat yang sudah punya label sebagai suatu wilayah yang menjujung tinggi nilai-nilai Islami, seharusnya akan menjadikan sebagai suatu tempat yang paling aman, paling melindungi dan paling toleran dalam menjalankan kebesasan umat-umat beragama lainya sebagaimana yang di contohkan Rosulullah.
Jangan malah seperti di Jawa Barat, kota yang dikenal sangat Islami malah dalam beberapa dekade terakhir ini, hampir 10 sampai 15 tahun dikenal sebagai kota yang paling Intoleran atau paling rendah dalam menjalankan kebebasan agama bagi umat lain di luar Islam, bahkan dengan sesama muslim sendiri yang di anggap berbeda Mazhab.
Saya sendiri sebagai orang USA (Urang Sunda Asli) Jabar, sekali lagi merasa sangat sedih dan sangat prihatin sekali dimana sesungguhnya letak kesalahannya. Pengaruh pemimpinya, masyarakatnya atau Culturnya?
Padahal kalau di lihat dari culture dan karakter masyarakat Sunda Jabar, di kenal sebagai suku yang ramah, santun someah, humoris dan mudah bergaul dengan siapapun. Lalu kenapa dalam hal toleransi beragama jadi berbanding terbalik hasilnya?
Ada Apa Denganmu Jabar… ???
Hal ini perlu jadi catatan khusus untuk kita renungkan dan kita evaluasi bersama dan dengan adanya hasil riset sampai 2 dasawarsa berturut-turut menempati urutan pertama, perlu kita awasi dan waspadai bersama bahwa Jabar akan menjadi triger gejolak-gejolak masalah Intoleran kedepan terutama menjelang tahun panas 2024 ini.
Malah lebih dari itu, di awal januari 2022 ini di Garut malah sudah mulai muncul Deklarasi tentang NII ( Negara Islam Indonesia ) yang merupakan perwujudan sikap intoleran terhadap Bangsa dan Negara yang anti Pancasila Dan NKRI.
Eksplorasi konten lain dari JournalArta
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.