Makkah, Journalarta.com – Pemerintah diminta mengevaluasi kebijakan penghapusan pendamping haji khususnya untuk jemaah haji lansia yang tidak mandiri. Setidaknya, jumlah rasio jemaah haji dengan lansia yang tidak mandiri harus seimbang.
Hal itu diungkapkan Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR John Kenedy Aziz saat bertemu dengan Jemaah Haji asal Sumbar di Hotel Jemaah Haji Indonesia 905, Jharwal, Mekkah, Sabtu (24/6/2023) waktu setempat.
“Akibatnya, walaupun jemaah haji itu memiliki sifat tolong-menolong, bahu-membahu dan peduli terhadap sesama jemaah haji, setidaknya itu akan mengganggu jemaah haji lain menjalankan ibadahnya. Apalagi tadi saya mendapatkan aspirasi dari Jemaah saya asal Sumbar, mereka menginginkan adanya pendamping dari keluarga terdekat mereka. Jadi saya pikir penghapusan pendamping ini perlu dievaluasi,” ujar John Kenedy Aziz dilansir dari laman dpr.go.id, Minggu (25/6/2023).
Anggota Komisi VIII DPR RI ini mengatakan, temuan dilapangan untuk sebaran jemaah lansia tidak mandiri cukup banyak, ada yang dari awal membutuhkan kursi roda, ada yang patah kakinya dan macam-macam kondisinya.
Ia berharap agar pemerintah memperhatikan juga Jemaah Haji yang tidak bisa berjalan namun secara fisik sehat, difasilitasi dengan baik saat puncak haji menuju Armuzna.
“Kalau seandainya usulan pendamping ini diadakan, tentu pasti akan mengurangi kuota haji. Mungkin perlu diseleksi, untuk pendamping hanya diperuntukkan jemaah haji Lansia yang pasif. Karena kita juga tidak bisa mengurangi hak jemaah haji lain itu berangkat, apalagi jamaah haji itu sudah menunggu untuk berangkat haji puluhan tahun, tapi di sisi lain karena lama menunggu, ada yang sudah sepuh bahkan lansia,” ujar John.
Legislator Dapil Sumbar II menambahkan, pihaknya juga banyak mendengar keluhan lain dari jemaah haji dapilnya, misalnya soal makanan.
“Anda tahu bahwa Sumatra Barat itu ada makanan-makanan spesifik ya, makanan seperti rendang, gulai-gulai dan bersantan. Tetapi disini mereka tidak menemukan itu, mereka komplain dari cita rasa makanan,” ungkap Jhon.
Kemudian, Politisi Partai Golkar ini mengatakan ada juga keluhan mengenai ketersediaan obat dari petugas kesehatan haji Indonesia.
“Kita ketahui bahwa mungkin perubahan cuaca di Mekkah cukup ekstrim berkisar antara 44-46 derajat celsius. Sementara di Sumbar cuaca sekitar 24-30 derajat. Jadi akibat dari perubahan cuaca itu, sehingga banyak mengalami demam dan batuk,” tandasnya.(*)
Eksplorasi konten lain dari JournalArta
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.