Jakarta, Journalarta.com – Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Patijaya mempertanyakan kesertaan PT Pertamina dalam kepemilikan saham PT IBC (Industri Baterai Indonesia).
Pasalnya, menurut Bambang kedua perusahaan tersebut memiliki core business yang bertolak belakang.
“Tadi sempat dipaparkan oleh Dirut PT IBC bahwa ada beberapa perusahaan BUMN yang ikut dalam kepemilikan saham perusahaan yang bergerak di bidang baterai tersebut. Salah satunya adalah PT Pertamina. Ini sangat aneh. Karena antara PT IBC dan Pertamina memiliki core business yang bertolak belakang,” ujar Bambang saat pertemuan Kunjungan Kerja Komisi VII dengan PT IBC dan PT Vale Indonesia di Balige, Sumatera Utara, Sabtu (15/7/2023) lalu dikutip dari laman resmi dpr.go.id.
Bambang Pattijaya atau yang biasa disapa BPJ oleh masyarakat propinsi Bangka Belitung (Babel) ini menjelaskan, PT IBC merupakan salah satu perusahaan BUMN baru yang bergerak dalam industri baterai listrik yang ramah lingkungan.
Menurutnya, industri baterai listrik ini akan digunakan sebagai pengganti BBM. Sehingga, transportasi berbasis kendaraan listrik belakangan tengah digalakkan pemerintah.
Sementara PT Pertamina, sebagaimana diketahui bersama merupakan BUMN di bidang energi yang menggunakan energi fosil seperti batubara dan lain sebagainya.
” Sangat aneh jika Pertamina ikut terlibat dalam pengembangan industri listrik, yang notabene berlawanan atau berseberangan dengan bisnis utama Pertamina selama ini,” tuturnya.
Politisi dari Fraksi Partai Golkar Dapil Bangka Belitung ini menduga bahwa langkah pembelian saham PT IBC tersebut menjadi salah satu strategi bisnis atau langkah Pertamina untuk ‘menghambat’ atau bahkan mematikan industri baterai listrik tersebut.
“Saya pernah membaca salah satu buku pengantar Manajemen di tahun 1995, ada kisah sejarah di Amerika. Di mana Tesla yang meliputi industri mobil listrik hadir lebih awal. Hingga kemudian dibeli GE dengan GM (General Motor) nya merupakan perusahaan mobil terbesar di Amerika saat itu. Dan ternyata Tesla dibeli untuk dimatikan karena dapat mengganggu bisnis GM,” jelasnya.
Oleh karenan itu, Bambang berharap agar kedua BUMN tersebut berjalan di bidangnya dan bisnisnya masing-masing. Ia juga meminta agar Kementerian ESDM turun tangan mengatasi hal ini. Hal tersebut semata untuk mengembangkan green energy atau energi hijau, khususnya penggunaan kendaraan listrik.(*)
Eksplorasi konten lain dari JournalArta
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.