DAERAHNEWSUNCATEGORIZED

Mantan Kadiv Humas Polri Ini Mengubah Eks Anggota NII Menjadi Pembela NKRI

JAWA BARAT, JOURNALARTA.COM – Dalam sebuah acara bersejarah yang diselenggarakan di Gedung Sekretariat Almagari pada Selasa 2 April 2024 di kabupaten Garut propinsi Jawa Barat, sebuah pencapaian penting berhasil diraih dalam perjuangan melawan intoleransi dan radikalisme.

Acara tersebut dipimpin oleh tokoh-tokoh terkemuka seperti mantan Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri dan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Barat sekaligus Ketua Dewan Pembina Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleran, Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan bersama dengan Ketua Umum Almagari, KH Aceng Mujib, M.Ag serta sejumlah 11 perwakilan mantan anggota NII (Negara Islam Indonesia) dari Garut Selatan, berikrar kembali setia kepada Republik Indonesia (NKRI), Rabu (3/4/2024).

Selain itu acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting termasuk perwakilan dari Densus 88, Satuan Antiterorisme Kepolisian Republik Indonesia, Intelijen militer setempat, dan pejabat pemerintah daerah untuk menyoroti masalah mendesak tentang intoleransi yang berkembang menjadi radikalisme dan aksi teror di seluruh Indonesia.

Anton Charliyan atau yang akrab disapa Abah Anton menekankan ancaman nyata yang ditimbulkan oleh intoleransi terhadap kesatuan NKRI terutama di daerah seperti Garut, yang telah diidentifikasi sebagai titik panas intoleransi.

Dia menekankan perlunya perhatian dan dukungan kolektif dari semua pemangku kepentingan, termasuk lembaga penegak hukum dan pemerintah daerah untuk secara efektif mengatasi risiko yang terkait dengan memerangi intoleransi dan radikalisme.

Sementara itu, KH Aceng Mujib, M.Ag dalam pidatonya mengulangi komitmen Almagari untuk terus berjuang melawan ideologi intoleran dan radikalisme hingga tetes darah terakhir bersama hampir 10.000 anggota yang tersebar di 42 kecamatan di kabupaten Garut.

Dia khususnya menyoroti sikap NII yang menentang Pancasila dan NKRI. Ia menyebutnya sebagai gerakan separatis dan menekankan bahwa tidak ada ruang untuk negosiasi dengan ideologi seperti itu.

Acara yang bertema pertemuan solidaritas nasional yang besar itu disaksikan oleh berbagai tokoh dari berbagai sektor termasuk pemimpin agama, lembaga intelijen, penegak hukum, organisasi masyarakat, dan mantan anggota NII yang semua berkumpul dalam solidaritas melawan radikalisme dan intoleransi.

Setelah proses formal, sesi dialog singkat diadakan yang difasilitasi oleh Kang Asep, Ketua Prabu Foundation dan mantan anggota NII itu sendiri.

Acara ditutup dengan buka puasa bersama yang melambangkan kesatuan dan harmoni di antara semua peserta.

Rekrutmen dan reintegrasi mantan anggota NII ke dalam masyarakat mainstream menandai langkah penting ke depan dalam upaya berkelanjutan untuk memerangi radikalisme dan menjunjung tinggi prinsip Pancasila dan kesatuan NKRI.

Ini menegaskan pentingnya inisiatif kolaboratif melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam mengatasi tantangan yang kompleks yang ditimbulkan oleh ideologi intoleran.

Saat Indonesia terus berjuang dengan isu radikalisme yang kompleks, acara seperti ini menjadi cahaya harapan, menunjukkan bahwa melalui kesatuan, tekad, dan komitmen yang teguh kepada bangsa, cita-cita toleransi, pluralisme, dan demokrasi dapat menang.

Acara ini tidak hanya menandakan kemenangan dalam perjuangan melawan ekstremisme, tetapi juga menjadi bukti ketangguhan dan kekuatan masyarakat Indonesia dalam mengatasi kekuatan yang memecah belah dan merangkul masa depan yang dibangun atas dasar kesatuan, keragaman, dan saling menghormati.
(Sumber : Anton Charliyan Dewan Pembina KBO Babel, Editor : Dwi Frasetio).


Eksplorasi konten lain dari JournalArta

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

What's your reaction?

Related Posts

Tinggalkan Komentar