OPINI

Krisis Kepercayaan Terhadap Bank Sumsel Babel: Implikasi Kasus Korupsi Kredit Usaha Rakyat Fiktif

Opini oleh : Adinda Putri Nabiilah, SH

 

BANGKA BELITUNG, JOURNALARTA.COM – Bank Sumsel Babel (BSB) cabang Pangkalpinang sedang menghadapi krisis kepercayaan yang serius dari nasabahnya sejak mencuatnya kasus dugaan korupsi Kredit Usaha Rakyat (KUR) fiktif.

Kasus ini tidak hanya mengguncang fondasi reputasi bank, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan nasabah tentang keamanan dana mereka.

Dugaan Korupsi yang Menggerogoti Kepercayaan

Kasus dugaan korupsi KUR fiktif di BSB bukanlah masalah sepele. Ridho, salah satu nasabah BSB, mengaku mulai merasa khawatir sejak pemberitaan mengenai dugaan tindak pidana korupsi ini mencuat.

Ketakutan bahwa uang yang disimpan di bank tersebut bisa “hilang” karena kasus korupsi ini, membuatnya memutuskan untuk menarik dana dan pindah ke bank lain. “Takut bang. Tarik sajalah. Pindah bank kita. Sudahlah susah kalau ada problem, eh nanti malah duit kita dipakai,” ungkapnya.

Kepercayaan nasabah adalah salah satu aset terpenting bagi sebuah bank. Ketika kepercayaan ini hilang, dampaknya bisa sangat merugikan, tidak hanya bagi bank itu sendiri, tetapi juga bagi sektor perbankan secara keseluruhan.
Krisis kepercayaan ini terlihat nyata dalam kasus BSB, di mana nasabah mulai merasa tidak aman dan enggan untuk menabung di bank tersebut.

Kemarahan ASN dan Masalah Pelayanan
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemprov Babel, berinisial AM, mengekspresikan kekesalannya terhadap kolega-koleganya yang memindahkan keuangan mereka dari BSB ke bank lain, seperti BRI.
Menurutnya, saat masih di BRI, para ASN tidak pernah merasakan kesulitan yang signifikan setiap ada masalah. Namun, giliran di BSB, masalah yang timbul justru sangat menyusahkan.
“Giliran di Bank Sumsel Babel, saroh naudzubillah misal ade masalah (giliran di Bank Sumsel Babel, susah naudzubillah jika ada masalah),” ujar AM.

Selain masalah kepercayaan, BSB juga ditengarai memiliki berbagai masalah lainnya, seperti keluhan mengenai pelayanan digital yang tidak kunjung membaik, pelayanan offline yang tidak memuaskan, serta masalah hukum lainnya yang sedang diproses oleh Bareskrim Polri. Semua ini memperburuk citra bank dan semakin membuat nasabah ragu.

Kasus Hukum yang Membelit

Kasus korupsi KUR fiktif ini melibatkan sejumlah tersangka dari jajaran pimpinan BSB. Pimpinan Cabang Benny Maryanto dan jajaran sebelumnya telah ditahan oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Babel.

Total enam tersangka saat ini sudah ditahan di dua lembaga pemasyarakatan (Lapas) berbeda, yakni di Lapas Kelas IIA Pangkalpinang dan Lapas Kelas IIB Bukit Semut di Sungailiat, Bangka. “Iya benar, ada enam tersangka terkait dugaan Tipikor KUR Bank Sumsel Babel yang sudah ditahan saat ini,” kata Asintel Kejati Babel, Fadil Regan.

Para tersangka, termasuk pimpinan cabang BSB Pangkalpinang dari tahun 2020-2022 dan 2022-2023, serta beberapa petinggi dari perusahaan terkait, PT Hutan Karet Lada (HKL), diduga terlibat dalam pemberian KUR sebesar Rp20,209 miliar kepada 147 debitur melalui PT HKL pada tahun 2022-2023.

Temuan dari Laporan Hasil Audit Divisi Audit Intern mengungkapkan kelemahan signifikan dalam proses pemberian KUR khusus yang melibatkan PT HKL, dan mengindikasikan potensi kerugian besar bagi bank.

Dukungan Bank terhadap Proses Hukum
Bank Sumsel Babel menyatakan akan mendukung penuh aparat penegak hukum dalam menjalankan proses hukum yang ada.

Dalam pernyataannya, Bank Sumsel Babel menegaskan bahwa mereka akan tetap mengikuti seluruh prosedur hukum dan menjunjung tinggi prinsip Good Corporate Governance.
“Bank Sumsel Babel sebagai Bank milik Pemerintah Daerah se-Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung tetap terus akan mendukung penuh pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung,” ucap Divisi Sekretaris Perusahaan Ahmad Azhari.

Analisis Krisis dan Langkah Pemulihan
Krisis kepercayaan yang melanda BSB cabang Pangkalpinang merupakan cerminan dari masalah mendasar yang lebih besar. Kasus korupsi KUR fiktif ini menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem pengawasan internal dan tata kelola perusahaan.

Untuk memulihkan kepercayaan nasabah, BSB harus melakukan langkah-langkah strategis dan komprehensif.

Pertama, transparansi adalah kunci. BSB perlu memberikan informasi yang jelas dan terbuka tentang langkah-langkah yang diambil untuk menangani kasus ini, serta upaya untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Komunikasi yang efektif dengan nasabah dan masyarakat luas sangat penting untuk membangun kembali kepercayaan yang hilang.

Kedua, perbaikan sistem pengawasan internal. BSB harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan internal dan memperkuat mekanisme pengendalian risiko.
Ini termasuk memperketat proses pemberian kredit dan meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas yang berpotensi menimbulkan risiko tinggi.

Ketiga, peningkatan kualitas pelayanan. BSB perlu fokus pada perbaikan pelayanan baik digital maupun offline. Pelayanan yang responsif, profesional, dan efisien akan membantu memulihkan kepercayaan nasabah dan menarik kembali pelanggan yang telah pergi.

Keempat, penegakan hukum yang tegas. Bank Sumsel Babel harus mendukung penuh proses hukum yang sedang berjalan dan memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam kasus ini bertanggung jawab atas tindakan mereka. Penegakan hukum yang tegas akan memberikan sinyal bahwa bank berkomitmen untuk menegakkan integritas dan transparansi.

Terakhir, kampanye komunikasi dan edukasi. BSB perlu meluncurkan kampanye komunikasi yang kuat untuk mengedukasi nasabah tentang langkah-langkah yang telah diambil untuk meningkatkan keamanan dan keandalan bank. Kampanye ini harus mencakup berbagai saluran komunikasi, termasuk media sosial, situs web, dan komunikasi langsung dengan nasabah.

Kasus korupsi KUR fiktif yang melibatkan BSB cabang Pangkalpinang telah menimbulkan krisis kepercayaan yang serius. Namun, dengan langkah-langkah strategis dan komprehensif, bank ini memiliki peluang untuk memulihkan kepercayaan nasabah dan memperbaiki reputasinya.

Transparansi, perbaikan sistem pengawasan, peningkatan kualitas pelayanan, penegakan hukum yang tegas, dan kampanye komunikasi yang efektif adalah kunci untuk mengatasi krisis ini dan membangun kembali fondasi yang kuat bagi Bank Sumsel Babel.

Dalam menghadapi tantangan ini, BSB harus menunjukkan komitmen yang kuat terhadap integritas, transparansi, dan pelayanan yang prima kepada nasabah. (*)

 

Tentang penulis : Adinda Putri Nabilah SH, merupakan Alumni Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Tahun 2023. Saat ini ia editor di Jejaring Media KBO Babel. Artikel/Opini yang dibuat berdasarkan pemberitaan dari media online Babel BabelUpdate.com tertanggal 21 Juli 2024.

What's your reaction?

Related Posts

PPN 12%: Solusi atau Beban Baru?

JAKARTA, JOURNALARTA.COM - Universitas Paramadina bekerja sama dengan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyelenggarakan diskusi publik bertajuk “PPN 12%: Solusi atau Beban Baru?”. Diskusi publik ini…

1 of 1,043

1 Komentar

Beri Komentar Anda