PANGKALPINANG, JOURNALARTA.COM – Dinamika politik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) semakin menarik dengan dipastikannya Erzaldi Rosman Djohan dan Yuri Kemal Fadlullah sebagai pasangan calon di Pilgub Babel 2024. Mereka mendapatkan dukungan dari koalisi awal yang terdiri dari Gerindra, Demokrat, dan PBB, dengan total 10 kursi di DPRD Provinsi Babel, lebih dari cukup untuk memenuhi syarat minimal 9 kursi, Senin (30/7/2024).
Menurut Dosen Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung (UBB), Ariandi Zulkarnain, Gerindra telah memenuhi syarat menjadi pemain kunci dalam Pilgub Babel kali ini karena memiliki petahana.
“Gerindra tentu sangat-sangat menjadi key player pada kontestasi kali ini karena memang memiliki petahana. Konstelasi politik di daerah yang memiliki petahana cenderung sangat diuntungkan,” jelas Ariandi.
Ariandi menekankan bahwa ada kepentingan publik yang harus dibawa ke dalam ruang kontestasi, termasuk isu-isu lokal yang perlu dirawat dan diselesaikan bersama.
“Sehingga konstelasi pilkada tidak lepas dari kontestasi gagasan,” tambahnya.
Proses politik untuk Pilgub Babel 2024 telah dimulai beberapa bulan lalu dan kini berfokus pada mekanisme pengawalan rekomendasi hingga ke DPP.
Erzaldi dan Yuri menjadi pasangan calon pertama yang mendapatkan koalisi pengusung.
“Di atas kertas memang begitu hukumnya bahwa petahana setidaknya memiliki resource (sumber daya) lebih dalam memulai pemilu karena mereka tidak memulai dari nol,” sambung Akademisi kelahiran 1992 ini.
Kinerja pemerintahan sebelumnya seringkali menjadi modal bagi petahana untuk kembali membuat kebijakan yang bertujuan untuk memajukan daerah.
“Mereka bisa meng-call back apa yang sudah mereka lakukan dalam lima tahun terakhir dan meramu kembali dalam program-program ke depan,” kata Ariandi.
Ariandi mengatakan bahwa pemilu seharusnya menjadi agenda untuk membangun politik representasi, yang baik bagi daerah dan dapat membantu melakukan konsolidasi demokrasi.
“Untuk melahirkan kepentingan publik dalam ruang kebijakan,” harap magister ilmu politik ini.
Politik representasi bagi Ariandi memiliki empat unsur: formalistik, simbolik, deskriptif, dan substantif. Sayangnya, dua unsur terakhir sering diabaikan.
“Saya kira inilah momentumnya, bagaimana ruang kebijakan itu benar-benar dihasilkan dari ruang representasi yang unsurnya bukan hanya sekedar simbolik dan formalistik,” pintanya.
Menurut Ariandi, siapa pun nanti peserta kontestasi di Pilkada harus memiliki perencanaan terukur bagi pembangunan Babel.
“Ada kepentingan publik yang juga harus dibawa ke dalam ruang kontestasi, isu lokal apa yang perlu dirawat dan diselesaikan bersama. Sehingga konstelasi pilkada tidak lepas dari kontestasi gagasan,” harapnya.
Saat dinamika kontestasi untuk Pilkada Babel 2024 mulai dibangun beberapa bulan lalu, kini bergeser pada proses politik mengenai mekanisme pengawalan rekomendasi hingga ke DPP.
Erzaldi dan Yuri menjadi calon pertama yang mendapat koalisi pengusung.
“Di atas kertas memang begitu hukumnya bahwa petahana setidaknya memiliki resource lebih dalam memulai pemilu karena mereka tidak memulai dari nol,” sambung Ariandi.
Kinerja pemerintahan saat mereka memimpin cenderung dijadikan modal oleh petahana untuk kembali membuat kebijakan agar daerah lebih berkembang.
“Mereka bisa meng-call back apa yang sudah mereka lakukan dalam lima tahun terakhir dan meramu kembali dalam program-program ke depan,” kata Ariandi.
Ariandi mengatakan bahwa pemilu seharusnya menjadi agenda untuk membangun politik representasi.
Bagaimana pemilu menjadi agenda baik bagi daerah dan bersama melakukan konsolidasi demokrasi.
“Untuk melahirkan kepentingan publik dalam ruang kebijakan,” harap magister ilmu politik ini.
Politik representasi bagi Ariandi memiliki empat unsur: formalistik, simbolik, deskriptif, dan substantif. Sayangnya, dua unsur terakhir sering diabaikan.
“Saya kira itulah momentumnya, bagaimana ruang kebijakan itu benar-benar dihasilkan dari ruang representasi yang unsurnya bukan hanya sekedar simbolik dan formalistik,” pintanya.
Masih menurut Ariandi, siapa pun nanti peserta kontestasi di Pilkada harus memiliki perencanaan terukur bagi pembangunan Babel.
“Ada kepentingan publik yang juga harus dibawa ke dalam ruang kontestasi, isu lokal apa yang perlu dirawat dan diselesaikan bersama. Sehingga konstelasi pilkada tidak lepas dari kontestasi gagasan,” harapnya.
Proses politik untuk Pilkada Babel 2024 kini berfokus pada bagaimana mekanisme pengawalan rekomendasi hingga ke DPP.
Erzaldi dan Yuri menjadi calon pertama yang mendapat koalisi pengusung.
“Di atas kertas memang begitu hukumnya bahwa petahana setidaknya memiliki resource lebih dalam memulai pemilu karena mereka tidak memulai dari nol,” sambung Ariandi.
Kinerja pemerintahan saat mereka memimpin cenderung dijadikan modal oleh petahana untuk kembali membuat kebijakan agar daerah lebih berkembang.
“Mereka bisa meng-call back apa yang sudah mereka lakukan dalam lima tahun terakhir dan meramu kembali dalam program-program ke depan,” kata Ariandi.
Ariandi mengatakan bahwa pemilu seharusnya menjadi agenda untuk membangun politik representasi.
Bagaimana pemilu menjadi agenda baik bagi daerah dan bersama melakukan konsolidasi demokrasi.
“Untuk melahirkan kepentingan publik dalam ruang kebijakan,” harap magister ilmu politik ini.
Politik representasi bagi Ariandi memiliki empat unsur: formalistik, simbolik, deskriptif, dan substantif. Sayangnya, dua unsur terakhir sering diabaikan.
“Saya kira itulah momentumnya, bagaimana ruang kebijakan itu benar-benar dihasilkan dari ruang representasi yang unsurnya bukan hanya sekedar simbolik dan formalistik,” pintanya.
Masih menurut Ariandi, siapa pun nanti peserta kontestasi di Pilkada harus memiliki perencanaan terukur bagi pembangunan Babel.
“Ada kepentingan publik yang juga harus dibawa ke dalam ruang kontestasi, isu lokal apa yang perlu dirawat dan diselesaikan bersama. Sehingga konstelasi pilkada tidak lepas dari kontestasi gagasan,” harapnya.
Pilkada Babel 2024 menjadi ajang yang sangat penting dalam menentukan arah pembangunan dan kebijakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan munculnya Erzaldi Rosman Djohan dan Yuri Kemal Fadlullah sebagai pasangan calon pertama yang didukung koalisi, persaingan politik di Babel dipastikan akan semakin menarik.
Semua mata kini tertuju pada bagaimana mereka mengembangkan program-program yang dapat membawa perubahan positif bagi Babel. (Red/KBO Babel)
Eksplorasi konten lain dari JournalArta
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.