OPINI

Takut Dengan Kotak Kosong? Mungkin Karena Otak Kosong!

Oleh: Muhamad Zen (Aktivis Muda Bangka Belitung)

 

 

BANGKA BELITUNG, JOURNALARTA.Com – Menjelang Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Pangkalpinang, satu fenomena unik yang mencuat dan memicu perdebatan publik yaitu  pilihan “KOTAK KOSONG”. Beberapa pihak mengecam keputusan sebagian warga, termasuk para pedagang kecil yang memilih opsi ini. Mereka bahkan dianggap tidak bertanggung jawab. Namun, apakah benar demikian? Sebuah pernyataan dari seorang pedagang kelontong di pasar Pangkalpinang dengan tegas membantah tuduhan ini. Menurut mereka, memilih kotak kosong bukan hanya sah secara demokratis, tetapi juga adalah pilihan yang penuh tanggung jawab dan berlandaskan hati nurani.

Dalam dunia politik yang sering kali dipenuhi dengan kepentingan pribadi, pragmatisme, dan pencitraan. Memilih kotak kosong menjadi bentuk perlawanan moral terhadap calon tunggal yang dirasa tidak mewakili kepentingan publik. Kritik terhadap pilihan ini menunjukkan betapa sensitifnya para elite terhadap kekuatan suara yang tidak bisa mereka kendalikan.

“Perlu diingat bahwa Kepanikan yang kalian rasakan baru tahap awal akan ada kejutan besar setelah ini,” ungkap sang pedagang, yang merasa bahwa narasi keburukan terhadap pemilih kotak kosong tidak lebih dari upaya menutupi ketakutan mereka terhadap kekuatan simbolis pilihan ini.

Sebagai masyarakat yang kritis, kita harus bertanya: Apakah memilih kotak kosong berarti menghindar dari tanggung jawab? Sebaliknya, memilih kotak kosong bisa jadi adalah bentuk kejujuran paling murni.

Dalam sebuah sistem politik yang terkadang mempersempit pilihan rakyat, keputusan untuk tidak memilih calon yang tersedia dan justru mendukung kotak kosong adalah cara elegan untuk menyatakan ketidakpuasan. Ketidakpuasan bukan karena tidak adanya calon yang mampu, melainkan karena calon tunggal dianggap tidak mampu mewakili aspirasi masyarakat.

Kritik bahwa Kota Pangkalpinang tidak akan maju jika dipimpin oleh Penjabat Walikota (PJ) adalah narasi panik yang tidak mendasar. Faktanya, selama dua bulan terakhir, Pangkalpinang justru teduh dan nyaman di bawah kepemimpinan sang PJ Walikota.

Tanpa pencitraan berlebihan, sentuhan tangan PJ berhasil memberikan stabilitas. Hal ini menegaskan bahwa tokoh-tokoh tertentu, yang mengklaim diri sebagai pembawa perubahan, sebenarnya hanya berusaha menakut-nakuti warga dengan spekulasi kosong.

Namun, di tengah segala kontroversi, harus diakui bahwa politik tidak luput dari spekulasi. Beberapa pihak bertanya, berapa “Bayaran” bagi mereka yang katanya ‘Tokoh’ yang menarasikan untuk tidak memilih kotak kosong? Ini adalah pertanyaan yang kerap mencerminkan kecurigaan mendalam terhadap integritas politik.

Positif thinking sajalah, tak perlu menghabiskan energi kita untuk hal-hal yang tidak penting, kita seharusnya lebih fokus pada substansi, bukan spekulasi finansial. Sebab, dalam demokrasi, integritas politik jauh lebih berharga dibandingkan transaksi nominal.

Gerakan kotak kosong bahkan menarik perhatian beberapa anggota dewan terpilih yang, meski loyal terhadap partai, tetap mendukung gerakan ini sebagai wujud moralitas. Mereka melihat kotak kosong sebagai simbol penolakan terhadap politik yang diwarnai oleh pragmatisme dan kepentingan sempit.

Penulis menilai justru jika kotak kosong menang maka hal ini sangat menguntungkan bagi Partai Politik sebab, jika kotak kosong menang maka tahun 2025 akan diadakan pilkada ulang maka secara otomatis partai akan dapat double bonus karena partai akan memberikan rekomendasi ulang terhadap paslon dan kabarnya itu kan ada maharnya, Hehehehe.

Menutup tulisan ini, mari kita ingat bahwa Kotak Kosong bukanlah tanda dari “Otak Kosong”. Pilihan ini justru menunjukkan keberanian untuk menolak sesuatu yang dirasa tidak benar, meski harus menghadapi cibiran dari pihak-pihak yang tidak memahami atau bahkan sengaja menutup mata. Pada akhirnya, keputusan ada di tangan rakyat.

Selamat menikmati pesta demokrasi. Meskipun hanya ada satu menu di meja pemilihan, kotak kosong tetap menjadi simbol harapan akan perubahan dan integritas.

Kotak Kosong, Bukan Otak Kosong!!


Eksplorasi konten lain dari Journalarta

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Related Posts