OPINI

DEMOKRASI “SERUMPUN SEBALAI”

Oleh : Saifuddin
(Direktur Eksekutif LKiS)

 

 

BELITUNG, JOURNALARTA.Com – Bangsa Melayu dikenal sebagai entitas yang mendiami kawasan sumatera baik daratan maupun pesisir. Entitas Melayu begitu populer dengan sastrawan, sejarahwan, ulama dan cendikiawan. Seperti Buya Hamka misalnya, disamping sebagai ulama juga cendikiawan yang sangat populer dan berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Melayu seringkali disematkan sebagai entitas yang religius, santun dan cerdik pandai. Sehingga bangunan kulturnya pun begitu kompak, bersahaja serta sangat toleran dengan entitas yang lainnya.

Dalam tradisi pengetahuan sosioantropolog disamping kita mengenal hubungan manusia secara interaksionalisasi dengan manusia lainnya, maka kita juga akan menemukan berbagai dimensi kebudayaan, adat, kebiasaan serta karakter yang membersamai hubungan-hubungan sosial itu dalam masyarakat.

Dalam pendekatan sosiologis perbedaan-perbedaan itu dapat dikategorikan seperti strata sosial, strata pendidikan, mata pencaharian, agama, suku, ras dan adat istiadat. Stratifikasi sosial itu sebagai pembeda dalam hubungan masyarakat satu dengan yang lainnya.

Tetapi dalam kerangka pendekatan antropologis seperti dimensi kebudayaan dan karakter berasimilasi atau paling tidak membaur menjadi satu rumpun dalam komunitas tertentu tanpa harus menghilangkan identitas diri (individu maupun kelompok). Sehingga Serumpun Sebalai bisa dimaknai sebagai alas kebersamaan semua suku tanpa sekat di dalamnya.

Terkait perhelatan demokrasi di kepulauan Bangka Belitung tentu juga banyak menyita perhatian publik dengan santernya kasus korupsi tata kelolah timah yang merugikan negara sekitar 300 Trilyun. Tetapi semua itu tidak akan mengganggu kondisi perhelatan politik menjelang pilkada serentak yang akan digelar 27 November 2024 mendatang. Tentu semua pihak menginginkan kedamaian, serta kondusifitas di daerah yang majemuk ini.

Hal itu senada sebagaimana yang disampaikan oleh mantan gubernur Babel (2017-2022) Erzaldi Rosman bahwa dengan ajakan mari mewujudkan proses demokrasi yang aman dan elegan tanpa harus menyebar hoax yang bisa saja menyesatkan masyarakat. Harapannya adalah bagaimana sebuah kompetisi demokrasi tidak harus dinodai dengan berbagai isu dan berita yang belum tentu kebenarannya.

Ajakan ini adalah himbauan moral agar Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tetap kondusif, aman dan sejahtera dalam setiap event politik.

Berangkat dari pemahaman Serumpun Sebalai keterpecahan, tentu akan menghilangkan makna-makna filosofis ini. Tak ada artinya serumpun kalau tidak Sebalai, demikian pula sebaliknya tak ada artinya Sebalai kalau tidak serumpun ibarat tebu walau memiliki ruas-ruas yang berbeda tetapi tetap mengandung rasa manis.

Dengan demikian, menelaah Demokrasi kaitannya dengan makna Serumpun Sebalai sesungguhnya bisa menjadi “budaya politik” artinya politik yang berbudaya, elegant, politik yang menjunjung nilai-nilai kebersamaan serta saling menghargai satu sama lain. Pendeknya bisa disebut sebagai “Politik Kemanusiaan”.

Dalam tradisi masyarakat kontemporer politik kemanusiaan lebih identik dengan saling memanusiakan dalam politik tanpa harus menjatuhkan orang lain dengan cara-cara yang kurang baik pula.

Kalau kita membaca sejarah, politik kemanusiaan itu jauh sebelumnya sudah dipraktekkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ketika Nabi setelah mendirikan negara Madinah, lalu beliau kembali ke Tanah Mekkah. Setiba di depan pintu tanah Mekkah seorang sahabat lalu menghunuskan pedangnya lalu ia berkata ; “ Hari ini kami datang ke tanah Mekkah untuk balas dendam”, lalu Rasulullah dengan kebijaksanaannya menyuruh sahabatnya itu untuk kembali menyarungkan pedangnya, lalu Rasulullah berkata ; “Sesungguhnya hari ini kami datang kemari untuk berkasih sayang satu sama lainnya ”.

Kalimat Rasulullah ini menandakan bahwa perang, pertikaian, bahkan politik tujuannya bukanlah balas dendam tetapi melainkan bagaimana hidup saling memanusiakan.

Sebab itulah politik saling memanusiakan di tanah Serumpun Sebalai paling tidak harus menjadi contoh bagi kehidupan politik dan demokrasi bagi daerah-daerah lainnya tanpa konflik, tanpa harus menjatuhkan satu sama lain, saling menyebar fitnah, hasut dan dengki. Karena budaya yang baik juga akan mencerminkan kehidupan masyarakatnya yang baik pula.

Masyarakat Bangka Belitung yang religius dan humanis menjadi perekat kuat atas perbedaan yang ada termasuk perbedaan dalam pilihan politik. Basis agama yang kuat, serta hubungan manusia (lintas etnis) menjadi unsur penting bagi keberlangsungan kehidupan politik dan demokrasi di tanah Serumpun Sebalai ini.

Harapan dari Erzaldi Rosman (Gubernur Babel 2017-2022) dan tentu juga harapan semua tokoh dan masyarakat di Bangka Belitung agar pelaksanaan kontekstasi politik pilkada serentak tetap harus dijaga secara bersama-sama sebagai bentuk penjagaan kita pada konsep budaya dan agama dalam bingkai Serumpun Sebalai.

Jadilah Seperti Lilin Menerangi Walau Hancur, Tetapi Tetap Menjadi Lilin.(*)

 

 

Tentang Penulis : Saifudin merupakan Penulis Buku ; Politik tanpa Identitas, Obituari Demokrasi, Elegi Demokrasi, Catatan-catatan Demokrasi


Eksplorasi konten lain dari Journalarta

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

What's your reaction?

Related Posts