Oleh : K Revandi Antoni (Jurnalis Serumpun Sebalai)
BANGKA BELITUNG, JOURNALARTA.COM – Respons pemerintah dan sektor swasta terhadap perubahan iklim telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kami percaya momentum akan terus berlanjut saat negara-negara menghadapi kerusakan fisik lebih besar yang terkait dengan suhu yang lebih tinggi dan cuaca yang lebih bergejolak.
Negara-negara mungkin akan segera mempercepat dekarbonisasi pembangkitan listrik karena emisi harus turun lebih dari 40% dalam tujuh tahun ke depan sebagai langkah penting menuju pemenuhan persyaratan nol bersih pada 2050. Peralihan menuju emisi nol bersih merupakan sebuah tren struktural utama baru bagi ekonomi global karena akan menuntut perubahan radikal dalam sistem energi dan sektor-sektor utama lainnya dalam perekonomian.
Kesadaran pelaku industri mengunakan energi bersih dan ramah lingkungan terus tumbuh seiring dengan komitmen perusahaan menerapkan praktik Environment, Social, and Governance (ESG) untuk bisnis berkelanjutan. Apalagi, penerapan ESG sudah menjadi norma bagi sektor industri, termasuk yang bergerak pada pengembangan energi baru terbarukan.
Oleh karena itu, penggunaan atau menghasilkan energi bersih bukan lagi sekedar tren kekinian tetap menjadi kebutuhan untuk selamatkan bumi dan juga dampaknya mampu menekan efisiensi bisnis. Bicara energi tidak hanya dinikmati hari ini tetapi juga untuk anak cucu kedepannya, maka tak heran investasi teknologi di sektor energi ramah lingkungan tidaklah kecil.
Berangkat dari hal tersebut, PT PLN mempunyai perhatian besar dalam menggunakan teknologi ramah lingkungan di era transisi energi dari energi berbasis fosil ke sumber energi non fosil yang lebih bersih atau lebih dikenal sebagai energi baru terbarukan untuk memasok kebutuhan listrik pada masyarakat dan juga pelaku industri.
Apalagi, perseroan memegang peranan penting bagi kesuksesan Indonesia dalam mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat. Menjadi lokomotif transisi energi di Indonesia, PLN terus mengakselerasi transisi energi di setiap proyek pembangkit tenaga listrik dengan berbagai inovasi seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan teknologi co firing berupa pemanfaatan biomassa dari serbuk kayu, serpihan kayu, cangkang sawit, sekam padi, tempurung kelapa, dan limbah pertanian serta kehutanan lainnya sebagai bahan bakar pengganti parsial ke dalam pembuat uap air panas.
Salah satu keunggulan implementasi co-firing adalah, tidak ada tambahan biaya investasi untuk peralatan khusus. Untuk campuran biomassa sebanyak maksimum 5%, tidak diperlukan modifikasi pembuat uap air panas. Co-firing akan mengurangi emisi sulfur dioksida karena biomassa kayu mengandung sulfur yang jauh lebih sedikit daripada batubara.
Berdasarkan data PLN yang pernah penulis baca, pemanfaatan implementasi co firing pada 52 PLTU milik PLN dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 11 juta ton C02e. Oleh karena itu, PLN sangat gentol untuk meningkatkan co firing di beberapa PLTU.
Nah selain itu, program co-firing bukan hanya upaya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung ekonomi kerakyatan, karena pelaksanaannya, co-firing juga melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan sebagaimana prinsip ESG.
Penulis ambil contoh seperti yang ada di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Saat ini PLTU Air Anyir Bangka menggunakan woodchip cofiring Biomassa sebagai bahan campuran batu bara untuk bahan bakarnya, dan hasilnya PLTU Bangka telah menghasilkan energi hijau atau green energy sebesar 8.205 megawatt hour (MWh) dengan penurunan emisi sebesar lebih dari 10ribu ton CO2.
Seperti yang penulis sampaikan sebelumnya, program co-firing biomassa bukan hanya upaya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung ekonomi kerakyatan, karena dalam pelaksanaannya melibatkan masyarakat. Dengan adanya program tersebut, investor pun masuk dan mendirikan perusahaan/pabrik woodchip cofiring Biomassa untuk mensuplai pasokan ke PLTU yang menggunakan cofiring.
Sebagai contoh di Pulau Bangka tepatnya di Desa Air Duren Kecamatan Mendo Barat, saat ini telah berdiri 2 buah Pabrik Woodchip Cofiring Biomassa. Kedua Pabrik itu adalah PT Bakti Energi Sejahtera (PT BEST) dan PT Mentari Biru Energi (MBE).
Dari kacamata penulis, keberadaan kedua Pabrik Biomassa tersebut selain untuk mensuplai kebutuhan woodchip cofiring Biomassa ke PLTU Air Anyir, juga memberikan dampak positif baik ke pemerintah daerah maupun ke masyarakat.
Dampak ke Pemerintah Daerah yakni adanya pemasukan daerah dari Pajak yang memang wajib dibayar oleh kedua pabrik tersebut, kemudian membantu mengurangi pengangguran, karena dengan ada nya PT BEST dan PT MBE bisa menyerap puluhan bahkan ratusan tenaga kerja untuk di Pabrik itu saja.
Nah, yang tidak kalah pentingnya dalam membantu ekonomi masyarakat diluar tenaga kerja pabrik, yaitu saat masyarakat mau membuka lahan untuk berkebun biasanya mereka akan menebang kayu-kayu yang ada dikebun mereka kemudian kayu-kayu atau limbah kebun yang sudah mereka tebang langsung dibakar atau dibiarkan sampai lapuk.
Dengan adanya Pabrik pengolahan Woodchip Cofiring Biomassa ini, mereka bisa menjual kayu-kayu langsung ke pabrik. Andaipun masyarakat pekebun tidak bisa menjual langsung, biasanya ada para pengumpul/pengepul yang membeli langsung dikebun, kemudian para tengkulak yang menjual langsung ke Pabrik PT BEST dan PT MBE.
Artinya banyak masyarakat yang terlibat disini, yang sebelumnya tidak bekerja, mereka bisa kerja di pabrik, kemudian ada juga yang berprofesi jadi pengumpul/pengepul dengan mendatangi masyarakat yang membuka lahan kemudian membeli kayu-kayu yang sudah ditebang dengan harga yang sudah mereka sepakati. Setelah itu para tengkulak langsung menjual ke pabrik dan dibayar langsung oleh pihak perusahaan. Artinya angka pengangguran sudah berkurang kalau kita bayangkan. Dan masyarakat pekebun tadi pun ekonominya bisa terbantu dengan hasil kayu yang mereka jual tadi yang sebelum ada pabrik ini tidak dapat apa apa.
Perlu diketahui, dengan berdirinya Pabrik PT BEST dan PT MBE sebagai salah satu program cofirng dalam pengolahan WOODCHIP COFIRING BIOMASSA untuk kebutuhan PLTU Air Anyir telah membuka lapangan kerja baru.
Kedua pabrik itu menurut penulis, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan pengaruh tersebut berdasarkan dari berbagai sumber yang penulis kutip ;
1. Adanya Peningkatan Pendapatan.
Dengan adanya lapangan kerja baru, masyarakat akan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh penghasilan. Pendapatan ini akan meningkatkan daya beli masyarakat, yang selanjutnya dapat merangsang permintaan terhadap barang dan jasa di daerah tersebut.
2.Pengurangan Pengangguran
Lapangan kerja baru membantu mengurangi tingkat pengangguran di daerah. Semakin banyak orang yang bekerja, semakin rendah angka pengangguran, yang berdampak positif terhadap stabilitas sosial dan ekonomi.
3.Inovasi dan Keterampilan
Kehadiran industri atau perusahaan baru sering kali membawa inovasi dan teknologi baru. Ini dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi.
4.Investasi dan Infrastruktur
Dengan tumbuhnya lapangan kerja, akan ada peningkatan investasi baik dari pemerintah maupun swasta. Investasi ini sering kali diiringi dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan, transportasi, dan fasilitas publik lainnya, yang mendukung pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
5. Multiplier Effect
Tumbuhnya lapangan kerja baru menciptakan efek pengganda. Ketika orang bekerja dan mendapatkan pendapatan, mereka akan membelanjakannya dalam ekonomi lokal, menciptakan lebih banyak pekerjaan di sektor lain, seperti ritel, jasa, dan hiburan.
6. Stabilitas Sosial
Peningkatan peluang kerja dapat membantu membangun stabilitas sosial dengan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Hal ini juga dapat mengurangi ketegangan sosial yang muncul akibat pengangguran yang tinggi.
7.Potensi Pindahnya Penduduk
Adanya lapangan kerja baru dapat menarik penduduk dari daerah lain, yang akan berdampak pada pertumbuhan populasi di daerah tersebut. Hal ini dapat memberikan dinamika baru bagi perekonomian setempat.
Dengan demikian, pengaruh lapangan kerja baru terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sangatlah positif dan penting untuk diperhatikan dalam perencanaan pembangunan ekonomi kawasan. Upaya pemerintah dan sektor swasta dalam menciptakan kesempatan kerja baru sangat strategis untuk mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.
Informasi yang penulis peroleh, meski saat ini PLTU Air Anyir belum sepenuhnya beralih ke biomassa dan masih menggunakan batubara, semoga kedepan bisa sepenuhnya menggunakan cofiring biomassa.
Dengan begitu, pasokan cofiring biomassa dari Pabrik PT BEST dan PT MBE inipun akan meningkat. Dengan adanya peningkatan, maka pasokan bahan baku woodchip pun tidak hanya di Kabupaten Bangka saja. Dibutuhkan juga dari Kabupaten lain yang ada di Bangka, dan tidak menutup kemungkinan kedua Pabrik ini akan membuka Pabrik lagi di Kabupaten Lain. Dengan demikian akan menambah lagi tenaga kerja untuk mengurangi angka pengangguran di kabupaten lainnya.
Penulis berharap pemerintah daerah terus mendukung program implementasi cofiring ini, karena ini merupakan salah satu ASTA CITA Pemerintahan Presiden Prabowo di sektor Energi. Selain ini merupakan program nasional, program ini juga bisa bantu mengurangi angka pengangguran di Bangka Belitung dan membantu ekonomi Masyarakat yang berdampak kurangnya angka pengangguran. Artinya, masyarakat tidak hanya mengandalkan dari sektor tambang, kebun, dan menjadi pegawai saja. Tetapi sekarang bisa beralih ke sektor pengembangan energi bersih.
Demikian halnya dengan PT PLN khususnya PLN NP agar terus mengedepankan proyek dan inovasi perusahaannya dalam mendorong percepatan transisi energi di Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
dengan menampilkan inovasi perusahaan dalam green business solutions, green power plants development, serta green hydrogen ecosystem.
Terkhusus buat PT PLN NP dalam hal ini PLTU Air Anyir yang telah berhasil menerapkan cofiring biomassa mampu menghasilkan energi hijau sebesar 15.797 MWh/tahun. Selain itu, berkat penerapan co-firing biomassa berbahan bakar campuran kayu chip dan cangkang sawit dari PT BEST berdasarkan informasi dan sumber yang penulis dapat bahwa PLTU Air Anyir berhasil meraih penghargaan energi tertinggi di Asia Tenggara dalam ajang ASEAN ENERGY AWARD 2024 dengan posisi 2nd Runner Up untuk ASEAN Renewable Energy Project Awards 2024 di kategori biofuel atas pengelolaannya.
Dan terakhir semoga terus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan melalui program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) seperti, penanaman hutan, pengolahan dan pengelolaan limbah, pelatihan dan pendampingan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) khsususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.(*)
Salam satu pena, Bangka Belitung Sejahtera