Oleh : K Revandi Antoni (Jurnalis Bangka Belitung)
BANGKA BELITUNG, JOURNALARTA.COM – Proses pemilihan calon kepala daerah baik Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota di Pilkada serentak 2024 telah usai dilaksanakan pada 27 November kemarin. Diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sempat “terpecah” karena berbeda pilihan dalam proses pilkada, bisa kembali bersatu dan bergandengan tangan untuk membangun propinsi ini baik ditingkat kabupaten maupun kota menjadi lebih baik lagi ke depan.
Kendati proses perhitungan suara ditingkat KPU belum final, kita berharap sekarang tak ada lagi perpecahan, mari kita bersatu. Sama-sama membangun Bangka Belitung lebih besar lagi, dan lebih jaya lagi dengan perdamaian. Paslon yang terpilih kemarin merupakan pilihan dari masyarakat, bukan milik siapa pun.
Kita sangat bersyukur karena salah satu rangkaian kegiatan tahapan pilkada serentak 2024 ini berjalan sukses dengan damai tanpa ada gangguan kamtibmas. Kondisi yang kondusif ini, ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat yang sudah banyak membantu petugas Polri maupun TNI dalam menjaga perdamaian di tengah pesta demokrasi ini.
Meskipun tidak adanya jaminan bahwa proses keputusan politik yang dilaksanakan dengan sistem demokrasi dan penegakan hukum yang dapat memenuhi harapan semua pihak, namum setidaknya legitimasi keputusan politik yang diperoleh dari suara rakyat telah dilaksanakan melalui tahapan serta mekanisme yang telah ditetapkan dan harus diterima dan diakui oleh segenap komponen dan elemen masyarakat yang ada.
Menyadari akan konsekuensi dari suatu kompetisi dalam Pilkada Bangka Belitung baik tingkat Propinsi, Kabupaten, maupun Kota yang ditetapkan sebagai pemenang tidaklah pernah lebih dari satu Pasangan Calon Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota, namun sulit dipungkiri bagi pasangan calon yang tereliminasi akan dapat menerima begitu saja.
Rasa tidak puas dan kecewa akan selalu ada, bahkan munculnya berbagai praduga atas suatu realita yang ada. Hal yang demikian dapat terjadi pada siapa saja, namun bilamana rasa kecewa dan ketidakpuasan itu tidak berkesudahan. Apalagi melakukan hal-hal inrasional dan inkonstitusional, maka energi dan waktu serta pemikiran yang terkuras baik pada pra maupun pasca Pilkada.
Selain hanya menciptakan permusuhan dan mempertebal kebencian antara elite-elite yang berada ditengah-tengah masyarakat, serta dapat pula mengganggu jalannya kegiatan Pemerintahan untuk melaksanakan Program Pembangunan olah Pasangan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota terpilih sebagaimana yang telah dikemukakan pada saat penyampaian visi-misi berlangsung.
Sudah saatnya bagi kita untuk menghilangkan sifat yang hanya bersedia menang dan tidak mau menerima kekalahan, mengakui keunggulan lawan dengan segala konsekwensinya adalah merupakan rasionalitas berpikir yang bijak dalam menerima keputusan dengan penuh kearifan.
Bagitu pula pada sisi lain, pasangan yang terpilih hendaknya tidaklah menjadikan rival politiknya sebagai musuh dan sesuatu potensi dan elemen yang dapat mengancam Pemerintahan yang dipimpinnya. Akan tetapi sangat arif dan bijak bilamana kesemuanya itu dianggap sebagai instrument dalam proses mendapatkan legitimasi dan representasi kepemimpinannya yang diperoleh melalui proses politik yang demokratis, melalui Pilkada yang ditetapkan dari aspek dan proses hukum yang telah diputuskan melalui Mahkamah Konstitusi (MK).
Bilamana perspektif ini mau dicermati dan dipahami, maka Pilkada khususnya di Bangka Belitung merupakan suatu sarana pembelajaran dan proses pendewasaan politik masyarakat serta ajang kompetisi untuk menentukan representatif kepemimpinan Daerah secara demokratis.
Namun bilamana tidak, maka segenap dana, waktu dan tenaga yang terkuras dalam penyelenggaraan Pilkada tidaklah membawa makna apa-apa, selain menyisakan permusuhan, perpecahan dan berbagai permasalahan yang tidak menguntungkan terhadap berbagai pihak yang ada.
Pemerintahan yang baik, kepemimpinan nya akan selalu bersifat demokratis, akomodatif dan objektif dalam menyikapi berbagai persoalan. Apabila hal ini dapat dipahami, maka pencitraan terhadap kepemimpinannya telah pula terbangun dengan sendirinya.
Selain dari itu, bilamana mau mencermati secara jernih, Pilkada di Bangka Belitung yang baru saja dilaksanakan, sesungguhnya secara tidak langsung telah pula dapat memberikan nilai dan makna yang cukup penting dari pembangunan daerah.
Hal ini dapat dilihat dari pola pikir masyarakatnya, meskipun ada rasa ketidakpuasan masyarakat dan elite-elite tertentu pada pelaksanaan Pilkada, namun tidaklah dilampiaskan dengan hal-hal bersifat anarkis sebagaimana kerap terjadi pada kabupaten/kota yang lain.
Rasa ketidakpuasan sebagian anak negeri ini tetap disalurkan melalui mekanisme dan koridor hukum dan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian tidaklah terlalu berlebihan bilamana melalui momentum pesta demokrasi Pilkada dapat pula dijadikan salah satu barometer dan instrument pembuktian bahwa kemajuan pembangunan Bangka Belitung telah sejalan dengan pembangunan mentalitas masyarakatnya yang dapat memahami perpolitikan dengan sistem demokrasi dan meningkatnya kesadaran masyarakat yang taat terhadap aturan serta ketentuan hukum yang berlaku.
Kalimat bijak menyebut, Sum res kogithan (Keberhasilan, Kemenangan, Kejayaan ditentukan oleh “Syarat”, Kegagalan, Kekalahan dan Kehancuran dikarenakan oleh “Sebab”). Melalui kalimat bijak ini dapat berguna untuk menuntun kita dalam mengintropeksi serta dijadikan cambuk agar tidak larut menyesali sesuatu yang telah dan akan terjadi.
Sebagai manusia, rasa duka, kesal dan kecewa tetaplah ada, namun konsekuensi yang disebabkan, tetap harus dijalankan dengan penuh kerelaan dan keikhlasan, manusia hanya bisa merencanakan namun bilamana yang terjadi lain, ketentuan Tuhan jangan pernah jadi penyesalan.
1 Komentar