
Penulis: Andra Dihat Putra, S.Kom., FMVA. (Economics and Innovation Policy Analyst)
Bangka Belitung, Journalarta.com – Setiap kebijakan energi selalu membawa cerita tentang pilihan ekonomi. Ia menggambarkan bagaimana sebuah bangsa menyeimbangkan kebutuhan pertumbuhan, ketahanan, dan keberlanjutan. Dalam konteks Indonesia, diskusi tentang sumber energi tidak bisa dilepaskan dari dinamika sosial dan politik.
Dari batu bara yang selama puluhan tahun menjadi tulang punggung ekonomi, hingga energi baru seperti nuklir yang mulai membuka lembaran baru. Semuanya berpangkal pada satu pertanyaan sederhana, bagaimana memastikan energi tetap cukup, bersih, dan adil bagi semua.
Batu Bara dan Ketergantungan Lama
Selama beberapa dekade, batu bara menjadi penopang utama sistem kelistrikan Indonesia. Hingga 2023 lebih dari enam puluh persen listrik nasional masih dihasilkan dari batu bara. Sektor ini menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi sumber pendapatan penting bagi daerah penghasilnya.
Namun di sisi lain, emisi karbon yang dihasilkan juga menjadi beban lingkungan yang semakin berat.
Pemerintah telah menargetkan net zero emission pada tahun 2060. Untuk mencapai hal itu, porsi energi bersih harus meningkat drastis dari sekitar lima belas persen saat ini menjadi lebih dari enam puluh persen dalam empat dekade ke depan.
Transisi sebesar itu tidak mudah. Ia menuntut strategi baru, teknologi baru, dan cara pandang baru terhadap energi untuk mewujudkannya.
Transisi energi bukan berarti mengganti satu sumber dengan yang lain secara mutlak. Ia berarti membangun kombinasi sumber energi yang saling melengkapi. Tidak ada satu jenis energi yang sempurna. Energi surya dan angin ramah lingkungan, tetapi produksinya bergantung pada cuaca. Batu bara stabil, namun beremisi tinggi. Gas lebih bersih, tetapi bergantung pada impor dan harga global.
Dalam situasi ini, Indonesia memerlukan sumber energi yang bisa bekerja sepanjang waktu, tidak menambah beban emisi, dan tetap terjangkau bagi masyarakat. Di sinilah teknologi nuklir modern menjadi relevan.
Bangka Belitung dan Harapan Baru
Bangka Belitung kini menjadi sorotan dalam peta energi nasional. Wilayah ini disebut sebagai salah satu lokasi potensial pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Indonesia. Kondisi geologinya relatif stabil, tingkat kepadatan penduduknya tidak terlalu tinggi, dan memiliki potensi ekonomi besar di bidang mineral dan pariwisata.
Lebih dari itu, Bangka Belitung menyimpan cadangan thorium yang cukup besar. Thorium merupakan bahan bakar alternatif yang dapat digunakan dalam reaktor generasi baru.
Pemanfaatan potensi ini bukan hanya tentang membangun pembangkit listrik, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi baru di daerah. Infrastruktur energi yang kuat dapat membuka peluang investasi, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat daya saing wilayah.
Peran Thorcon dan Inovasi Teknologi
Salah satu pengembang teknologi yang aktif dalam mendorong energi nuklir di Indonesia adalah Thorcon International, dengan kehadirannya di Indonesia direpresentasikan oleh PT Thorcon Power Indonesia.
Perusahaan ini memperkenalkan konsep reaktor garam cair atau molten salt reactor (MSR), teknologi generasi baru yang dirancang dengan prinsip keselamatan pasif dan efisiensi tinggi. Berbeda dengan reaktor konvensional yang menggunakan batang bahan bakar padat, molten salt reactor menggunakan bahan bakar nuklir dalam bentuk cair yang dicampur dengan garam leleh.
Campuran ini berfungsi sekaligus sebagai bahan bakar dan pendingin. Ketika suhu reaktor meningkat, bahan bakar cair akan mengembang dan otomatis memperlambat reaksi fisi. Jika terjadi gangguan, cairan tersebut dapat mengalir ke wadah penampung di bawah reaktor dan menghentikan reaksi tanpa perlu intervensi manusia.
Desain ini membuat molten salt reactor jauh lebih aman dibandingkan teknologi lama. Tidak ada tekanan tinggi di dalam sistem, sehingga risiko ledakan termal atau kebocoran sangat rendah. Selain itu, bahan bakar thorium yang digunakan menghasilkan limbah radioaktif dengan masa paruh lebih pendek, sehingga lebih mudah dikelola dan tidak menimbulkan beban jangka panjang.
Thorcon juga merancang reaktornya dalam bentuk modular, sehingga dapat dibangun secara bertahap dan lebih cepat dibandingkan pembangkit konvensional.
Unit reaktor dapat diproduksi di pabrik, kemudian dikirim ke lokasi operasi dengan biaya yang lebih efisien. Pendekatan ini tidak hanya mempercepat pembangunan, tetapi juga membuka peluang bagi penguasaan teknologi lokal melalui kerja sama industri dan pelatihan tenaga ahli di dalam negeri.
Ekonomi Politik di Balik Energi
Transisi dari batu bara ke energi bersih bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga persoalan ekonomi dan sosial. Banyak daerah bergantung pada industri batu bara untuk pendapatan dan lapangan kerja. Jika perubahan dilakukan secara tiba-tiba, dampaknya bisa luas. Karena itu, strategi transisi harus dirancang sebagai proses yang bertahap dan adil.
Energi nuklir dapat berperan sebagai jembatan dalam proses ini. Ia mampu menggantikan sebagian kapasitas batu bara tanpa mengorbankan kestabilan pasokan listrik nasional. Pembangunan proyek nuklir juga menciptakan aktivitas ekonomi baru, dari riset dan manufaktur hingga konstruksi dan pendidikan. Setiap reaktor yang dibangun bukan hanya pembangkit listrik, tetapi juga pusat inovasi. Ia membawa efek berganda pada ekonomi lokal dan nasional.
Dengan dukungan teknologi seperti yang dikembangkan oleh Thorcon, Indonesia dapat melangkah menuju sistem energi yang lebih bersih tanpa meninggalkan prinsip keadilan sosial.
Menatap Masa Depan Energi Indonesia
Transisi energi bukan sekadar mengganti sumber daya, tetapi membangun arah baru bagi perekonomian. Energi yang stabil, bersih, dan berdaya saing akan menjadi fondasi bagi industri masa depan, dari kendaraan listrik hingga teknologi digital. Bangka Belitung dapat menjadi simbol perubahan itu.
Wilayah yang dulu dikenal dengan pertambangan timah kini berpotensi menjadi pelopor energi masa depan. Teknologi nuklir modern, bila dikelola dengan benar, dapat menjadikan Indonesia mandiri dalam energi dan teknologi.
Setiap negara memiliki caranya sendiri dalam mencapai masa depan bersih. Bagi Indonesia, kuncinya adalah keberanian berpikir rasional dan bertindak strategis. Energi bukan sekadar urusan menyalakan lampu, tetapi tentang menjaga kehidupan, menggerakkan ekonomi, dan membangun kedaulatan bangsa. Nuklir, dalam bentuk yang aman dan modern, memberi kita kesempatan untuk melakukan semuanya sekaligus. (Red)