OPINI

Babel Masih Berketergantungan Dengan Timah, Belum Bisa Move On

Provinsi Babel Masih BERKETERGANTUNGAN Dengan TIMAH, Artinya Belum Move On.

Oleh : Ari Juliansyah, S.E (Aktivis Muda Babel, Mahasiswa Pascasarjana STIE Pertiba)

Bangka Belitung, Journalarta.com – Sebagai provinsi kepulauan yang telah di sahkan dan di akui sejak 21 tahun silam, Bangka Belitung tidak bisa di pisahkan dari akar historisitas perjuangan pembentukan provinsi. Selain pada sisi politis, tentu “tujuan pemekaran” menjadi sebuah provinsi memiliki latar belakang yang sangat kuat.

Hari demi hari terlalui, pembangunan yang ada di Bangka Belitung tidak menemukan arah jelas berdasarkan finishing goal  daerah kepulauan ini di kemanakan. Terlebih pembangunan manusia dan alamnya tidak terukur dan terkolaborasikan dengan baik, hal ini menandakan visi misi Babel dari setiap kepemimpinan bertindak seporadis.

Lebih ironi lagi, Pemerintah Indonesia mengukur pada 24 tahun yang akan datang tepat usia Negara ini 100 tahun yakni tahun 2045 menjadikan Indonesia Emas sebagai finising goal di tinjau dari tujuan kemerdekaan. Lantas, Bangka Belitung berada di mana dan di posisikan seperti apa saat era Indonesia Emas?, Babel Emas, Babel Perak, Babel Perunggu atau masih berada pada posisi semula “BABEL TIMAH”. Sebuah Fakta Menarik tak terbantahkan setelah ratusan tahun di eksploitasi sampai hari ini Babel masih BERKETERGANTUNGAN dengan TIMAH, artinya belum Move on.

Sampai hari ini, Bangka Belitung masih berkutat memainkan tiki taka (di baca tikung telikung) di tengah lapangan hijau tanpa adanya penetrasi kedalam kotak pinalti menuju goal. Tendangan jarak jauh tidak bisa di andalkan secara berkelanjutan sebab memiliki persentase kecil untuk mencetak sebuah goal dengan hasil akhir kemenangan.

Babel melawan siapa?, bukan daerah lain, lawan terberat saat ini ialah perkembangan zaman yang lambat laun membawa kita berpacu dengan waktu, jika kalah akan menjadi momok besar kegagalan.

Bisa di katakan, daerah ini kehilangan esensi dari tujuan berdirinya Bangka Belitung dengan segala surplus yang di milikinya. Tidak adanya “big picture” yang menggambarkan arah finishing goal pembangunan yang selama ini di gaung-gaungkan. Dengan adanya gambaran besar, terjawab sudah daerah ini akan di bawa kemana dengan target waktu akan datang yang telah di tetapkan bersama.

Dengan adanya gambaran besar, maka akan terpetakan kerangka pembangunan dari berbagai sektor dengan meninjau potensi yang ada. Terkerangka-kan dengan baik sektor-sektor unggulan apa saja menjadi objek pembangunan yang berlandaskan kesejahteraan sebagaimana tujuan kita berbangsa dan bernegara.

Berbagai sektor-sektor unggulan yang masih setia menemani perjalanan daerah kepulauan yang lintasan lautnya seperti karimata dan selat Bangka sempat berjaya pada masanya, yakni pertambangan timah, perkebunan sawit, karet dan lada, perikanan hingga pariwisata.

Tentu peningkatan komoditas tersebut memiliki goal yang sama. Goal yang sama inilah big picture Bangka Belitung yang di maksud, atau dapat di katakan sebagai garis besar pembangunan.

Setelah kita berbicara sektor-sektor unggulan, akan di tampakkan pula sektor apa dapat di jadikan sebagai leading sektor (sektor terkemuka) di antara semua sektor. Jika pertambangan timah masih relevan di jadikan leading sektor sebagai penyanggah pembangunan sektor lainnya, dengan catatan :

1. Menjadikan timah sebagai komoditas strategis, padahal timah telah di akui menjadi komoditas yang teramat penting di dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dunia.

2. Bangka Belitung sebagai daerah eksplorasi mendukung upaya eksploitasi, sebab tanpa di dukung pun eksploitasi tetap terjadi. Lebih baik mendukung dan menjadikannya bermanfaat bagi pembangunan, hanya saja semua pihak kembali kepada peraturan yang ada.

3. Adanya keharmonisan antar pemangku kebijakan.

4. Kebermanfaatan di titik-beratkan pada kebutuhan yang paling mendasar, yakni kesejahteraan.

Leading sektor yang di maksud (bijih timah dengan segala mineral ikutannya), bertujuan untuk menyanggah kegiatan usaha mikro seperti usaha rumahan, sampai kepada pembangunan fisik yang mendukung aktivitas usaha makro yakni sektor-sektor unggulan di atas.

Jika kita menganggap pertambangan timah tidak lagi relevan sebagai leading sektor, dapat di tinjau dari sektor-sektor unggulan lainnya yang matang serta berpotensi menjadi leading sektor.

Dengan adanya kolaborasi yang apik antar semua sektor unggulan bersama leading sektor, secara otomatis infrastruktur pendukung aktivitas makro, pembangunan SDM serta kesejahteraan ekonomi masyarakat di tingkatkan.

Baca juga: RUPS, Direksi dan Social License To Operate PT Timah

——————————–

Sebelum kita terlalu jauh membahas kerangka pembangunan dengan semua sub pendukung yang ada di dalamnya, tentu kita harus menemukan big picture Bangka Belitung terlebih dahulu.

Gagasan besar ini harus di mulai dengan adanya kesadaran, kemauan dan semangat ke-Babel-annya telah di transfer para pendiri pembentukan provinsi kepada generasi saat ini. Artinya, tujuan yang sesungguhnya dari berdirinya Bangka Belitung tidak terputus, generasi saat ini masih memiliki hal-hal prinsip yang sama dengan para pendahulunya.

Kemudian melaksanakan seminar, FGD, dan gerilya pencarian masalah hingga potensi oleh team perancang, yang hasilnya nanti memiliki kekuatan hukum untuk di patuhi. Semua kerangka pembangunan baik fisik dan non fisik tidak saling bertabrakan, lokomotif ini berada pada rel yang sama menuju stasiun yang sama pula. Lebih-lebih aktivitas pembangunan tidak bertindak seporadis atau sekedar pencitraan belaka.

Team perancang ini di pimpin oleh kaum akademisi (kampus), di dalamnya juga ada praktisi, pemangku kebijakan hingga anak-anak muda yang masih peduli akan keberlangsungan daerahnya.

Di ketahui, big picture Jabodetabek ialah sentral ekonomi Indonesia dan tidak bisa terbantahkan hingga saat ini. DKI Jakarta dan sekitarnya ini menjadi pusat aktivitas bisnis bukan hanya pelaku bisnis domestik bahkan manca negara. Sejalan dengan sendirinya pembangunan Bandar Udara, transportasi darat dan laut semakin canggih dan lain lain, secara otomatis bukan?

Seirama, Sum-Sel juga sempat menjadi daerah olahraga sebagai big picture nya, event nasional dan internasional kerap kali di adakan di kota pempek tersebut, hingga para investor berlomba-lomba menanamkan modalnya untuk membangun usaha menengah hingga usaha besar, kereta cepat, stadion megah hingga mulainya aktivitas bisnis yang melirik komoditas yang ada di sana, secara otomatis bukan?.

DIY sebagai daerah pelajar, Kalimantan menjadi Paru-paru Dunia dan lain sebagainya. Ketika big picture telah di temukan, leading sektor akan di unggulkan dalam percaturan ekonomi dunia, sektor-sektor unggulan lainnya juga akan meningkat pesat, komoditas yang di miliki di lirik pelaku bisnis lintas negara secara transparan, infrastruktur di bangun dan semakin di kembangkan sesuai kebutuhan, dan lain sebagainya dan sebagainya.

Daerah yang di sebutkan di atas di untungkan oleh akar historisnya, geografis, SDM dan SDA. Memangnya Bangka Belitung tidak memiliki itu? Jangan pesimis !.
Selain ada dengan sendirinya, sebuah peristiwa dan keadaan dapat di proyeksikan, para teknokrat teramat faham akan hal ini.

Bangka Belitung???

Secara geografis dan sektor-sektor unggulan yang di miliki, layakkah Babel menjadi “Poros Maritim Indonesia”?

Masih menjadi Pekerjaan Rumah kita bersama 🤝🏼

# Inspirasi Dari Habang dan Koba

Baca juga: 3 Abad Lebih Timah Babel Di Ambil, Royalti Dari PT Timah Hanya 3%


Eksplorasi konten lain dari Journalarta

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Related Posts