NewsOPINITechno

Benarkah Game Online Dapat Memicu Kita Melakukan Tindakan Kriminalitas

Permainan Game Online Membuat Anak-Anak Yang Bermain Game Ini Menjadi Kasar

Journalarta.com – Kali ini, kita akan membahas apakah game online membuat orang berbuat kriminal atau tidak. Selama bertahun-tahun, selalu ada saja masa-masa di mana pihak-pihak tertentu membuat wacana bahwa permainan online alias game online membuat anak-anak yang bermain game ini menjadi kasar. Hal ini pada hakikatnya adalah sesuatu yang sangat wajar terjadi. Karena secara natural, manusia memang suka mencari pola akan terjadinya sesuatu.

Memetakan pola adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk taktik bertahan hidup karena kita sedang berkembang. Jika anggota suku kita sakit setelah memakan sesuatu atau minum dari sebuah tempat yang spesifik, maka kita sebagai bagian dari masyarakat akan menganggap makanan atau minuman itu berbahaya dan akan menghindarinya.

Tangkapan Layar Akun Game Online Mobile Legend.

Kebiasaan mencari pola itu masih kuat tertanam di diri kita. Ngga ada yang lebih membuat kita jadi waspada kecuali adanya kejadian yang mengancam harkat hidup manusia bermasyarakat. Karena kita ingin menghindari adanya bahaya dan mencari sumber dan pola akan datangnya bahaya tersebut, alhasil ada banyak hal yang kita sangkakan sebagai penyebabnya, meskipun belum tentu benar.

Ada sebuah istilah di dalam ilmu statistik “Korelasi bukan berarti Kausasi” atau “Hal yang berhubungan belum tentu berati sebab akibat.”

Artinya cukup jelas, hal ini ingin mengatakan bahwa meskipun ada dua hal yang terjadi secara kebetulan atau memiliki hubungan, bukan berarti hal itu disebabkan oleh satu sama lain. Contohnya saja, penjualan es krim meningkat dengan meningkatnya angka kriminal. Maka bukan berarti es krim adalah alasan naiknya angka kriminalitas.

Kekerasan dalam game bukanlah hal baru. Game yang memiliki tema kekerasan sudah ada sejak jaman dahulu. Pada tahun 1976, ada sebuah game yang ditarik dari pasar karena dianggap terlalu kasar. Game tersebut bernama “Death Race.” Pada game hitam putih ini kamu diminta untuk mengendarai sebuah mobil dan menabrak mahkluk fiksi bernama gremlin. Dan ketika kamu menabrak mereka untuk mendapat poin, mereka akan mengeluarkan efek suara dan muncul batu nisan untuk menandakan kematian mereka.

Pada jaman itu, video game masih dalam taraf masih bayi jika dibandingkan dengan game yang terlihat realistis seperti sekarang. Namun mental orang-orangnya masih sangat dini sehingga mereka menyangka bahwa game ini merupakan sumber dari segala kekerasan yang terjadi pada masa itu.

Pada tahun 2012, tragedi Sandy Hook terjadi yang menewaskan banyak anak kecil. Karena kasus penembakan itu, banyak mainan tembak-tembakan diganti. Polisi juga menemukan video game kasar di koleksi sang pelaku, hingga lagi-lagi video game dijadikan alasan.

Asosiasi Psikologi Amerika melakukan sebuah riset yang menemukan bahwa tidak adanya cukup bukti untuk menunjukkan keterkaitan antara game kasar dan kasus kriminal. Riset tersebut meminta sebuah tim untuk mempelajari semua penelitian tentang hubungan antara video game dengan perilaku kriminal. Mereka menemukan adanya korelasi antara game kasar dengan perlakuan kasar, tapi tidak mesti perilaku kriminal.

Hal ini membuktikan bahwa game saja tidak bisa membuat seseorang menjadi seorang kriminal atau kasar. Jika kamu perhatikan, 10 video game terbaik di tahun 2015 adalah video game yang bertemakan melumpuhkan lawan yang berupa manusia atau makhluk yang menyerupai manusia. Dengan begitu banyaknya jumlah video game yang terjual, kita tidak melihat miliaran orang menjadi kalap dan melakukan tindak kriminal bukan? (*)

 

Source: Ilmupedia


Eksplorasi konten lain dari Journalarta

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Related Posts